Pernahkah kamu bertanya-tanya kenapa kita begitu mencintai Birkin? Bagaimana jika Birkin merupakan salah stau Tas Vegan? Tentu saja, tas ini sangat fungsional dan bisa dibawa dengan berbagai cara. Tidak lupa juga, Hermès, rumah mode yang menciptakannya, punya sejarah yang sangat kaya.
Namun, apa sebenarnya yang membuat jutaan wanita (dan pria!) di seluruh dunia tergila-gila mendengar nama Birkin? Apakah karena kerajinan tangan yang sangat indah? Status sosial yang melekat? Atau mungkin sensasi dari berburu tas yang langka ini?
Alasan pasti mungkin masih menjadi perdebatan. Banyak alasan kenapa kita sangat menyukai Birkin. Tapi bagaimana jika Birkin dibuat dari bahan selain kulit? Well, kita tidak bicara tentang kanvas, denim, atau jerami. Bagaimana jika ada Tas Vegan? Atau “Vegan Birkin”?
Sekarang, pertanyaan yang masuk akal adalah, kenapa harus mengubah Birkin? Seperti kata pepatah, jika tidak rusak, kenapa harus diperbaiki?
Namun, segmen konsumen yang sadar sosial dan beberapa orang dalam industri berpikir sebaliknya. “Sustainability” sekarang menjadi kata kunci dalam dunia mode. Merek yang peduli tentang konsumsi bijak, kekejaman terhadap hewan, dan jejak karbon memiliki keunggulan kompetitif yang jelas.
Ini mendorong terciptanya apa yang disebut “kulit alternatif.” Dengan kata lain, bahan non-hewan yang meniru karakteristik berbagai kulit. Mulai dari yang sepenuhnya sintetis hingga yang mendaur ulang produk sampingan organik dari berbagai industri lain, area ini menjadi sangat menarik untuk dieksplorasi.
Sebelum kita membahas lebih lanjut tentang spekulasi Birkin, mari kita lihat lebih dekat kulit alternatif yang ada di pasaran.
Tas Vegan dari Bahan Kulit Jamur?
Berasal dari jamur reishi, obat tradisional Tiongkok, mycelium adalah serat seperti sutra yang secara alami ditemukan dalam jamur. Terlihat seperti pilihan aneh untuk mode tinggi. Jadi, bagaimana caranya masuk ke merek-merek mewah?
Phil Ross, lulusan sekolah seni di San Francisco, awalnya mempelajari jamur sebagai pengobatan untuk kanker dan AIDS. Namun, dia segera menemukan kemampuan dramatis mycelium untuk dibentuk menjadi berbagai warna, tekstur, dan kepadatan.
Ross kemudian menjadi seniman mycelium dan mendirikan MycoWorks untuk mengkomersialkan desain fungsional dari bahan ini. Pada tahun 2016, perusahaannya mulai mengeksplorasi prospek kulit mycelium sebagai komoditas. Dan daya tariknya sebagai alternatif kulit hewan segera terlihat.
Jujur saja, konsep konsumsi berkelanjutan jauh lebih kompleks daripada sekadar apakah Hermès mengembangkan Birkin vegan atau tidak. Kekejaman terhadap hewan dan kesadaran lingkungan hanyalah dua aspek dari debat etis yang lebih luas di sini.
Namun, keberlanjutan sejati dimulai dari sisi pembeli, melalui konsumsi bijak dari apa yang sudah kita miliki. Itu berarti mencintai (dan menggunakan) tas yang sudah kita miliki. Dan setelah kita belajar menghargai apa yang kita miliki daripada terus mengejar apa yang ingin kita dapatkan, barulah kita bisa memutuskan apakah kita benar-benar membutuhkan Birkin atau Kelly dengan kulit alternatif.
Baca juga: https://lavergne.id/pilihan-alternatif-untuk-menggantikan-tas-hermes/